I.
Judul : fauna tanah
II.
Tujuan percobaan
:
1.
Untuk mengetahui
cara meneliti fauna tanah
2.
Untuk mengetahui
kelimpahan fauna tanah
3.
Untuk mengetahui
dominansi fauna tanah
4.
Untuk mengetahi
dominansi fauna tanah
5.
Untuk mengetahui
faktor faktor yang mempengaruhi ada
tidaknya fauna tanah
III.
Tinjauan teoritis
Fauna tanah atau hewan tanah adalah
hewan yang hidup di dalam tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun yang
di dalam tanah. Tanah itu sendiri adalah suatu bentangan alam yang tersusun
dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil proses pelapukan batu-batuan dan
bahan organik yang terdiri dari organisme tanah dan hasil pelapukan sisa
tumbuh-tumbuhan dan hewan lainnya. Jelaslah bahwa hewan tanah merupakan bagian
dari ekosistem tanah. Dengan demikian kehidupan hewan yanah sangat ditentukan
oleh faktor-faktor fisika-kimia tanah, karena itu dalam mempelajari ekologi
hewan tanah selalu diukur (Suin, 1997).
Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat sulit
menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah, dengan demikian suhu tanah
akan sangat menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah. Terhadap
pelapukan bahan induk tanah suhu juga sangat besar perannya. Fluktuasi suhu
tanah lebih rendah daripada suhu udara dan suhu tanah sangat bergantung pada
suhu udara. Suhu tanah lapisan atas mengalami fluktuasi dalam suatu hari satu
malam dan tergantung musim. Fluktuasi itu juga bergantung pada keadaan cuaca,
topografi, daerah dan keadaan tanah (Suin, 1997).
Secara ekologis, tanah tersusun oleh tiga kelompok material, yaitu material
hidup (faktor biotik) berupa biota (jasad-jasad hayati), faktor biotik
merupakan bahan organik dan faktor abiotik berupa pasir (sand), debu (silt)
dan liat (clay) umumnya sekitar 5% penyusun tanah merupakan biomassa.
Meskipun hanya 5 persen, biomassa atau bahan organik ini berperan sangat
penting karena peran yang dimilikinya, yaitu:
1. Sebagai bahan koloidal tanah, di samping koloidal
liat, yang mempengaruhi sifat-sifat kimiawi tanah seperti dalam proses
pertukaran kation dan anion dan sifat-sifat fisik tanah seperti struktur dan
eradibilitas tanah.
2. Berperan penting sebagai sumber hara (nutrition),
tanah yang akan tersedia (available) bagi tanaman (juga mikroba) setelah bahan
organik mengalami perombakan menjadi senyawa-senyawa sederhana (dekomposisi dan
mineralisasi) (Hanafiah dkk., 2005).
Berdasarkan sifat dan peran unsur hara, kesuburan tanah dapat dibagi menjadi
dua, yaitu:
1.
Kesuburan
aktif atau aktual tanah, yakni kesuburan tanah yang secara langsung dapat
dimanfaatkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan hewan.
2.
Kesuburan
potensial tanah, yakni kesuburan tanah yang baru akan bisa digunakan oleh
tanaman, setelah diadakan perlakuan (treatment) dalam waktu yang relatif lebih
lama dan tidak sekadar pengolahan tanah, pemupukan atau pengapuran irigasi dan
drainase. Kesuburan tersebut dalam bentuk:
a. Unsur hara yang masih merupakan penyusun bahan organik
yang terdapat di dalam tanah baik berupa serasah, humus dan lain-lain.
b. Unsur hara yang masih di dalam mineral primer dan atau
sekunder yang ada di dalam tanah (belum lapuk)
(Subroto, 2005).
Seluruh kehidupan di alam raya bersama lingkungan secara keseluruhan menyusun
eksosfer. Eksosfer yang disusun yang dihuni oleh berbagai komunitas biota yang
mandiri serta lingkungan abiotik (anorganik) dan sumber-sumbernya disebut
ekosistem. Setiap organisme diartikan oleh adanya kombinasi yang unik antara
biota (organisme) dan sumber-sumber abiotik yang berfungsi memelihara
kesinambungan aliran energi dan nutrisi (hara) bagi biota tersebut. Semua
ekosistem berdasarkan sumber karbonnya mempunyai dua tipe biota, yaitu jasad
ototrofik yang menggunakan C-anorganik terutama CO2 sebagai sumber
karbonnya. Dalam ekosistem tanah terdapat tiga kelompok biota terpenting,
yaitu:
1.
Foto-ototrofik,
yang mencakup tumbuhan tingkat tinggi dan beberapa algae.
2.
Khemo-ototrofik,
seperti bakteri nitrifikasi dan bakteri pengoksidasi sulfur, serta
3.
Khemo-heterotrofik,
seperti hewan, protozoa, jamur dan beberapa bakteri (Hanafiah dkk., 2005).
Kelompok-kelompok organisme yang hidup di tanah membentuk suatu lokasi ada
suatu sistem yang terintegrasi yang dapat juga disebut “komunitas tanah” yang
bersama-sama dengan faktor lingkungannya dapat disebut “ekosistem tanah” (Suin,
1997).
Kelompok hewan tanah sangat banyak dan beranekaragam mulai dari protozoa,
rotifera, nematoda, annelida, mollusca, arthropoda hingga vertebrata. Hewan
tanah pula dikelompokkan atas dasar ukuran tubuhnya, kehadirannya di tanah
habitat yang dipilihnya dan kegiatan makanannya. Berdasarkan kehadirannya,
hewan tanah dibagi atas kelompok transek, temporer, periodik dan permanen.
Berdasarkan habitatnya hewan tanah ada yang digolongkan sebagai epigeon,
hemiedafon dan eudafon. Hewan epigeon hidup pada lapisan tumbuh-tumbuhan di
permukaan tanah dan yang eudafon hidup pada lapisan tanah mineral. Berdasarkan
kegiatan makanannya, hewan tanah ada yang bersifat herbivora, saprovora,
fungivora dan predator (Suin, 1997).
Penelitian mengenai hewan tanah di Indonesia masih sedikit sekali. Penelitian
tentang hewan tanah yang pertama di Indonesia dilakukan pada tahun 1925 oleh
Dammerman. Dari hasil penelitian ternyata hewan permukaan tanah yang paling
tinggi kepadatan populasinya adalah Hymenoptera yaitu famili Formicidae diikuti
Coleoptera, Onisceodia, Myriopoda dan Arachnida. Dari hasil penelitian Adianto
di Jawa Barat dan Suhardjono di Kalimantan, ternyata hewan tertinggi kepadatan
populasinya dari penelitian Adianto ialah Aoanina, Collembola, Hymenoptera,
Symphyia, Diplura dan Psoptera (Suin, 1997).
Untuk mengenal hewan-hewan tanah, ciri-ciri dari kelompok hewan tanah adalah
(yang dikutip dari Lewis, T. dan Taylor):
1. a. Kaki bersegmen
b. Tanpa kaki
2. a. Mempunyai 3 pasang kaki atau bila
2 pasang mempunyai sayap yang berwarna cerah. Tubuh biasanya terdiri dari 3
bagian yang jelas, kepala, torak dan abdomen seperti class Insecta.
b. Mempunyai 3 pasang kaki, tubuh
memamnjang dan bersegmen (immoture) yaitu class Insecta.
c. Mempunyai 3 pasang kaki, tubuh
pendek dan tidak bersegmen jelas. Tidak bersayap seperti ordo Acari.
d. Kaki 4 pasang atau lebih, jarang
2 pasang. Tidak bersayap, tubuh terdiri atas satu atau dua bagian.
Banyak kmikrobia yang telah diketahui dapat hidup secara simbiosis dengan fauna
tanah yang berada dalam fase larva seperti Coleoptera, Diptera dan Hymenoptera.
Hubungan ini khususnya yang bersifat permanen, umumnya terbentuk bersama dengan
fauna tanah humus yang kurang. Mampu merobek sampah dedaunan yang terdapat di
permukaan tanah. Hubungan ini dapat terjadi sebagai akibat kurangnya nutrisi
dalam humus yang tersedia bagi fauna, sedangkan mikroba simbiosisnya mampu
mensintesis hara esensial yang tidak tersedia dalam tanah (Hanafiah dkk.,
2005).
IV.
Alat dan bahan
Alat
N
o
|
Nama
alat
|
Jumlah
|
1.
|
Karton
|
2
kajang
|
2.
|
Kawat
nyamuk
|
seperlunya
|
3.
|
Bohlam
warna kuning
|
2
buah
|
4.
|
Kabel
|
1,5
m
|
5.
|
Piting
|
2
buah
|
6.
|
Toples
|
2
buah
|
7.
|
Cock
borer
|
1
buah
|
8.
|
plastik
|
2
buah
|
Bahan
No
|
Nama
bahan
|
Jumlah
|
1.
|
Tanah
|
seperlunya
|
2.
|
alkohol
|
Seperlunya
|
V.
Prosedur kerja
1.
Menyediakan alat
dan bahan praktikum
2.
Kemudian membuat
rangkaian
3.
Pasang bola
lampu yang ada pada masing masing piting dengan jarak antar lampu setengah
meter
4.
Kemudian membuat
empat kerucut dan dua diantaranya di isi dengan bola lampu
5.
Kemudian mengambil
tanah dengan menggunakan kock borer besardan memasukkannya ke dalam plastik
hitam
6.
Tanah di ambil
dari lukasi yang homogen dan heterogen
7.
masukkan kawat
nyamuk kedalam dua kerucut yang tidak di isi bohlam
8.
masukkan tanah
ke dalamnya dan masukkan kedua kerucut tadi kedalam toples
9.
kemudian di tutp
dengan kedua kerucut yang memiliki bohlam
10. tunggu sampai 2 jam
VI.
hasil pengamata
No
|
Jenis
hewan
|
Toples
1
|
Toples
2
|
jumlah
|
Rata
rata
|
1.
|
semut
|
1
|
2
|
3
|
1,5
|
2.
|
cacing
|
3
|
0
|
3
|
1,5
|
·
Pembahasan tabel
Toples 1
Dari hasil pengamatan
yang di lakukan dapat di lihat bahwa terdapat 1 hewan semutdan 3 buah cacing
Toples 2
Dari hasil pengamatan
yang di lakukan dapat di lihat bahwa terdapat 2 hewan semut.
·
Kenapa terjadi
perbedaan
Karena pada toples 1
wilayah tanahnya agak basah dan bagus untuk tempat tinggal cacing sedangkan
pada toples daerahnya agak kering
sehingga yang ada di daerah tersebut kemungkinan insecta.
·
Kelimpahan
Semut
Pi=
H’ = -
= -
(0,5.ln 0,5)
= -(-0,34) = 3,4
Cacing tanah
Pi=
H’ = -
= -
(0,5.ln 0,5)
= -(-0,34) = 3,4
·
Kelimpahan
Kelimpahan individu suatu spesies
diartikan sebagai banyaknya individu tersebut individu tersebut yang terdapat
dalam contoh yang diambil. Kelimpahan sering disebut dengan densitas absolut.
Cara untuk menyatakan kelimpahan adalah dengan menghitung jumlah individu suata
spesies dalam contoh dibandingkan dengan luas areal (pada daratan) yang dikaji,
jika pada perairan menggunakan volume. Semakin tinggi atau besar nilai kelimpahannya,
berarti semakin banyak individu yang ada.
·
Faktor yang mempengaruhi
Biotik
1. Suhu
2. Air
3. Kelembapan
4. Cahaya
5. Topografi
6. Sumber
daya makanan
Abiotik
1.
Manusia
2.
Hewan
3.
Tumbuhan
VII.
Kesimpulan
Berdasarkan
dari hasil pengamatan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa:
- Kami menemukan 6spesies serangga dan seranggayang lebih dominan yaitu “Serangga Kecil” dengan Indeks Dominansi 3,4
VIII. Daftar pustaka
Agus Darman, dkk, 2005, Ekologi Hewan,
Universitas Negeri Malang (UM PRESS), Malang.
Anonimous. 2009. http://www.uky.edu/Ag/Entomology/ythfacts/4h/unit2/hotm&ult.htm
Di unduh tanggal 18 mei 2011.
Gatto, jonathan. 2009. http://www.designwarrior.net/light-trap-lamps-jonathan-gatto-and-mike-thompson/
Di unduh tanggal 18 mei 2011.
Resosoedarmo, Soedjiran, 1990, Pengantar
Ekologi, PT Remaja Rosdakarya, Jakarta.
Sukaesih Rita, Petunjuk Praktikum Ekologi
Hewan. Palangka Raya. 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar